BISNIS.RAGAMUTAMA.COM – Bursa saham Amerika Serikat (AS) terguncang hebat pada Kamis, 3 April 2025, setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor luas yang langsung memicu kepanikan pasar. Langkah ini dinilai meningkatkan risiko perang dagang global yang bisa menyeret perekonomian dunia menuju jurang resesi.
Dilansir dari CNBC International, indeks-indeks utama Wall Street terjun bebas:
-
S&P 500 anjlok 4,84% ke posisi 5.396,52, mencatat penurunan harian terdalam sejak Juni 2020.
-
Dow Jones Industrial Average kehilangan 1.679,39 poin atau 3,98%, ditutup di 40.545,93.
-
Nasdaq Composite mencatat kejatuhan terbesar sejak Maret 2020, jatuh 5,97% ke 16.550,61.
Kebijakan tarif baru ini langsung menghantam saham-saham perusahaan multinasional dan ritel yang sangat tergantung pada rantai pasok global. Di antaranya:
-
Nike turun 14%
-
Apple terkoreksi 9%
-
Five Below ambles hampir 28%
-
Dollar Tree melemah 13%
-
Gap merosot 20%
Tak hanya itu, sektor teknologi juga ikut tumbang. Nvidia melemah hampir 8%, sementara Tesla kehilangan lebih dari 5% nilainya.
Pemerintahan Trump menetapkan tarif dasar sebesar 10% untuk semua negara, efektif mulai 5 April 2025. Selain itu, tarif tambahan akan diterapkan terhadap negara-negara yang dianggap menerapkan tarif tinggi terhadap produk AS, dalam semangat “resiprokal”.
Kebijakan ini menandai langkah eskalatif terbaru dalam pendekatan dagang Trump yang kerap kontroversial. Para pelaku pasar memandangnya sebagai langkah agresif yang dapat memperburuk ketegangan perdagangan internasional dan merusak sentimen global.
Menanggapi gejolak pasar, Trump tetap optimis. Dalam pernyataannya, ia menyamakan kebijakan tarif ini dengan “operasi bedah yang menyakitkan namun perlu”.
“Pasar akan meledak. Saham akan melonjak. Negara akan berkembang. Dan seluruh dunia ingin tahu apakah mereka bisa mencapai kesepakatan,” ujar Trump.
Namun di sisi lain, investor dan analis mulai mencemaskan prospek pertumbuhan ekonomi global. Banyak pihak khawatir bahwa perang dagang yang diperluas akan menghantam rantai pasokan global, menekan ekspor, dan memperlambat pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Dengan ratusan saham S&P 500 ditutup di zona merah, pasar saham AS kini berada dalam mode waspada. Investor mulai memburu aset aman seperti emas dan obligasi negara, sementara volatilitas pasar melonjak.
Meski pemerintahan Trump percaya kebijakan ini akan menguntungkan dalam jangka panjang, ketidakpastian jangka pendek membayangi sentimen pasar. Dunia kini menanti respons negara-negara mitra dagang AS apakah akan terjadi pembalasan atau muncul jalan kompromi.