BISNIS.RAGAMUTAMA.COM – Harga emas global mengalami koreksi tipis pada Kamis, 20 Maret 2025, setelah sebelumnya sempat melonjak dan mencetak rekor baru. Meski demikian, posisi emas masih tergolong kuat, seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dan kondisi geopolitik yang belum stabil.
Dalam sesi perdagangan terbaru, harga emas spot tercatat turun 0,3% menjadi US$ 3.038,79 per troy ounce. Sebelumnya, harga emas sempat menyentuh level tertingginya di US$ 3.057,21 per troy ounce, rekor baru yang mencerminkan kuatnya sentimen beli di pasar. Sementara itu, kontrak berjangka emas tercatat melemah tipis 0,1% menjadi US$ 3.043,80 per troy ounce.
Menurut Alex Ebkarian, CEO Allegiance Gold, koreksi ini terjadi karena aksi ambil untung oleh investor.
“Spekulan mencoba memanfaatkan pasar dan menghasilkan keuntungan … Saya pikir setiap kali harga emas memuncak, kita akan melihat sedikit perlawanan,” ujarnya.
Salah satu faktor utama yang mendukung lonjakan emas adalah kebijakan suku bunga The Fed yang cenderung tetap. Dalam pernyataan terbarunya, Ketua The Fed Jerome Powell menyebut bahwa langkah-langkah ekonomi Presiden AS Donald Trump, seperti perpanjangan tarif impor, berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan memicu lonjakan inflasi.
Sebagai tanggapan, Trump menyayangkan keputusan The Fed yang belum juga menurunkan suku bunga. Meski demikian, pasar tetap optimis bahwa setidaknya akan ada dua kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini, kemungkinan pertama terjadi pada Juli 2025.
Emas selama ini dikenal sebagai instrumen lindung nilai (safe haven) terhadap ketidakpastian. Dalam lingkungan suku bunga rendah, emas menjadi alternatif investasi yang lebih menarik dibandingkan instrumen berbunga tetap seperti obligasi.
Investor global kini memperkirakan ada peluang sebesar 69% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya sebesar 0,25% tahun ini. Proyeksi ini turut mendongkrak permintaan emas.
Kendati sempat mengalami pelemahan setelah menyentuh rekor, posisi emas tetap kokoh di tengah ekspektasi kebijakan moneter yang longgar dan dinamika global yang tak menentu. Dalam jangka pendek, fluktuasi masih mungkin terjadi, namun prospek jangka panjang logam mulia ini tetap menjanjikan.