BISNIS.RAGAMUTAMA.COM – China bersiap mengambil langkah lebih tegas untuk memperkuat ekonominya di tengah meningkatnya tekanan akibat ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat. Dalam pertemuan Politbiro pada 25 April 2025, para pemimpin tinggi negara tersebut menegaskan komitmen mereka untuk mempercepat dukungan kepada perusahaan, konsumen, dan pekerja yang terdampak.
Menurut laporan Xinhua, Politbiro menyatakan bahwa dasar pemulihan ekonomi China saat ini masih perlu diperkuat, terutama karena “dampak guncangan eksternal semakin meningkat.” Oleh karena itu, mereka menargetkan stabilitas pada sektor ketenagakerjaan, bisnis, dan pasar domestik, sambil menyiapkan adaptasi cepat terhadap perubahan kondisi global. “Tujuan kami adalah untuk menstabilkan lapangan kerja, bisnis, pasar, dan menanggapi perubahan lingkungan eksternal yang cepat dengan mengembangkan kualitas tinggi,” kata Xinhua.
China berencana memperluas penerbitan obligasi, melonggarkan kebijakan fiskal, serta mendorong bank untuk menyesuaikan proporsi cadangan wajib (RRR) guna meningkatkan likuiditas. Kebijakan moneter yang lebih moderat, termasuk kemungkinan pemotongan suku bunga acuan, juga sedang dipertimbangkan untuk mendukung pertumbuhan.
Selain itu, pemerintah mendorong bisnis yang terkena dampak bea masuk AS untuk mempertahankan pekerja mereka, dengan memperbesar dana asuransi pengangguran sebagai bentuk bantuan langsung. “Banyak langkah yang harus diambil untuk mendukung bisnis dalam kesulitan. Kami akan memperkuat dukungan keuangan dan mendorong bisnis ekspor untuk beralih ke penjualan domestik,” tulis Xinhua.
Dari sisi konsumsi, Beijing bertekad mendorong daya beli kelompok berpenghasilan rendah dan menengah, serta membuka sektor jasa untuk memperluas kontribusi konsumsi domestik terhadap pertumbuhan ekonomi. Pembatasan tertentu pada sektor konsumsi juga akan dilonggarkan.
Stabilisasi sektor properti juga menjadi prioritas. Pemerintah akan mempercepat renovasi kawasan perkotaan yang mengalami degradasi dan menyesuaikan kebijakan untuk mengelola stok perumahan komersial yang belum terjual.
Pada kuartal pertama 2025, pertumbuhan ekonomi China tercatat 5,4 persen, melampaui prediksi analis. Namun, kekhawatiran mulai bermunculan bahwa momentum tersebut bisa melambat drastis mulai kuartal kedua, apalagi setelah tarif impor ke AS melonjak hingga 145 persen.
Meskipun begitu, ada secercah harapan. Baik Presiden AS Donald Trump maupun Menteri Keuangan Scott Bessen menyatakan optimisme bahwa ketegangan perdagangan akan mereda dalam waktu dekat. Di sisi lain, Beijing tetap mendesak Washington untuk menurunkan tarif demi membuka ruang negosiasi yang lebih luas antara kedua negara.